PAINT OF MAHONI
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT MAHONI
DIJADIKAN CAT ATAU PEWARNA ALAMI PADA MEUBEL JEPARA
MAKALAH INDIVIDU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah“Karya Tulis Ilmiah”
(Septi Yulisetiani, S.Pd.,M.Pd)
Disusun oleh :
Arum Octaviana 34301400481
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Paint Of Mahoni” pemanfaatan limbah kullit mahoni dijadikan cat atau pewarna alami pada meubel Jepara.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya mahasiswa di tingkat sekolah tinggi, maka bagi para mahasiswa wajib melaksanakan tugas karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk bisa mengikuti ujian akhir semester yang di adakan di setiap tingkat sekolah tinggi.
Dengan terselenggaranya karya tulis ilmiah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini terutama kepada :
1. Bapak Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan Karya Tullis Ilmiah Ini.
2. Ibu Septi Yulisetiani, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing dari mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.
3. Teman-teman mahasiswa yang juga memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata semoga amal dan budi baik yang telah di berikan kepada kita mendapat balasan dari Allah SWT. Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.
Semarang, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 4
BAB II KAJIAN TEORI 5
A. Limbah Kulit Mahoni 5
B. Paint Of Mahoni 7
C. Meubel Jepara 8
BAB III PEMBAHASAN 10
A. Pemanfaatan Limbah Kulit Mahoni
Sebagai Pewarna Alami 10
B. Cara Pembutan Pewarna Alami
dari Kulit Mahoni 11
BAB IV PENUTUP 14
A. Simpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jepara adalah kota ukir, jepara sangat terkenal sekali dengan kerjianan ukirnya. Meubel di Jepara mudah sekali di Jumpai disepanjang jalan di Jepara, mulai dari daerah perbatasan sampai tengah kota, kita sudah di sambut dengan keindahan ukir dan kerajinan-kerajian yang diproduksi oleh masyarakat. Meubel di Jepara beragam sekali hasil jenis kerajinanya mulai dari kayu mahoni, kayu jati, kayu nangka, kayu mangga, kayu sengon, kayu jengkol, dan masih banyak lagi jenis kayu lainya.
Setiap saat meubel di Jepara mengalami peningkatan dan kadang juga tak luput dari penurunan. Pembukaan meubel baru di Jepara semakin hari semakin banyak, bahkan sampai berdekatan. Meubel di Jepara sangat beragam jenisnya. Dari jenis yang sederhana sampai jenis yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi, dari yang bentuknya kecil sampai bentuk yang besar bahkan ada juga yang sampai terkadang sampai 40 meter panjangnya. Sebagai contoh adalah di Desa Mulyoharjo kecamatan Cumbring kabupaten Jepara.
Di daerah tersebut banyak sekali sentra meubel yang membuat kerajinan dari kayu dan dengan bentuk yang bisa dibilang rumit sekali.
Banyak rumahan meubel yang berjejeran di daerah tersebut, karena daerah tersebut merupakan sentra kumpulnya para pembuka-pembuka meubel dan tempatnya para pengrajin ari berbagai jenis kerjinan.
Pabrik meubel sampai saat ini belum sadar akan kesadaran akibat pembuangan limbanh yang mereka buag. Padahal setiap harinya mereka pasti membuang limbah dari kayu-kayu yang di buat kerjainan tersebut. Ironisnya limbah tersebut dibuang secara sembarangan dan di sekitar lingkungan itu sendiri. Apabila limbah tersebut dimanfaatkan dengan baik dapat berniliai ekonomis dan menjadi tambahan pendapatan bagi pabrik tersebut.
Kayu mahoni merupakan salah satu jenis kayu khas daerah tropis. Maksudnya, kayu ini berasal dan hanya ada di daerah-daerah yang memiliki iklim tropis contohnya adalah Indonesia. Di Indonesia, kayu mahoni sangat populer khususnya untuk banyak daerah di pulau Jawa, di sana, kayu ini dikenal sebagai jenis kayu yang bernilai komersial tinggi sehingga banyak orang yang membudidayakan dan diperjual belikan pada pasar komoditas domestik. Di pulau Jawa ini juga, persedian untuk kayu mahoni tidak perlu dikhawatirkan sebab jumlahnya masih sangat banyak, mulai dari yang masih berupa pohon maupun yang sudah berupa kayu yang sudah dipotong atau diproses. Karena jenis pohon penghasil kayu ini memiliki masa pertumbuhan yang cepat yakni kurang lebih dalam kurun waktu 7 hingga 15 tahun, pohon mahoni sudah tumbuh besar dan sudah bisa dipotong dan diambil kayunya. Hal ini jelas berbeda dengan masa pertumbuhan pohon jati maupun pohon sonokeling yang mana pertumbuhannya membutuhkan waktu yang lama.
Kayu mahoni memiliki karakteristik serta memiliki ciri-ciri khusus yang hanya terdapat pada jenis kayu itu sendiri. Ciri-ciri tersebut yang dapat membedakannya dengan jenis kayu tropis yang lainnya. Karena faktanya, ada beberapa jenis kayu yang memiliki kemiripan satu sama lain jika dilihat sekilas, baik dari segi warna, tekstur ataupun serat kayunya. Tetapi dengan benar-benar memahami ciri-ciri khusus yang hanya dimiliki oleh jenis kayu tertentu maka kita akan bisa membedakannya. Contoh untuk beberapa jenis kayu yang memiliki kemiripan jika dilihat secara sekilas adalah seperti kayu jati mirip dengan kayu akasia, kayu mahoni juga bisa dikatakan mirip dengan kayu kamper ataupun kayu keruing dari Kalimantan serta jenis kayu lainnya. Contohnya saja yaitu dari limbah kulit mahoni. Limbah ini sangat banyak kita jumpai di berbagai tempat.
Di sekitar rumah kita saja dapat dengan mudah menjumpainya. Kebanyakan dari kita belum tahu akan manfaat dari kulit mahoni tesebut. Padahal jika kita mau menelitinya dan berusaha mencari tahu apa manfaat dari kulit tersebut bisa mendapatkan manfaat yang sangat bermanfaat bagi dunia kerajinan itu sendiri. Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari memanfaatkan limbah kulit mahoni.
Banyak sekali para meubel rumahan menggunakan cat sintesis sebagai cat bahan hasil kerajian mereka. Ada yang berwarna merah, warna plitur, warna keemasan dan warna-warna lainya. Padahal jika kita mau berfikir secara kritis kita bisa membuat pewarna cat itu sendiri tanpa mengguankan cat sintesis dengan membeli, dan terkadang dengan harga yang mahal demi mendapatkan warna yang maksimal atau bisa dibilang sempurna.
Bila kita amati dan telusuri lebih lanjut, setiap rumah meubel pasti membutuhkan pewarna untuk memperindah hasil dari kerajinan mereka. Warna sangat di butuhkan bagi dunia meubel karena selain untuk memperindah, juga sebagai pengawet untuk hasil kerajinan itu sendiri. Dalam dunia permeubelan warna apa saja sangat di butuhkan dan kebanyakan warna-warna yang soft sering digunakan.
Pewarna tersebut juga kita bisa kita dapatkan dari limbah kulit mahoni. Pewarna dari limbah ini sangat bagus untuk pewarna hasil meubel. Karena selain menghasilkan warna yangalami juga dapat menghasilkan warna yang awetalami juga dapat menghasilkan warna yang awet pada kerajiann tersebut. Karena limbah kulit mahoni pada kerajiann tersebut. Karena limbah kulit mahoni menghasilakn warna alami yang sangat bagus.
Sebagian masyarakat yang bertempat di pedesaan ada yang sudah memanfaatkan limbah kulit mahoni sebagai pewarna alami. Tetapi faktanya di daerah perkotaan masyarakat belum sama sekali mengetahui manfaat dari limbah kulit mahnoi tersebut. Kandungan kimia dalam kulit mahoni ialah tritertinoid, limonoid, flavonoid, sapornin, tepornoid, alkoloid dan tanin.
Sebagai bahan acuan pada pembuatan bahan pewarna alami ini maka diharapkan dapat menjadi alternatif pengganti pewarna sintetis yang aman dan ramah limgkungan serta mengurangi limbah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemanfaatan limbah kulit mahioni sebagai pewarna alami ?
2. Bagaimanakah cara membuat pewarna alami dari kulit mahoni ?
C. Tujuan
3. Mendiskripsikan cara pemanfaatan limbah kulit mahoni sebagai pewarna alami.
4. Menjelaskan cara membuat pewarna alami dari kulit mahoni.
D. Manfaat
Bagi pengrajin, pemanfaatan limbah kulit mahoni dapat membantu mengurangi limbah dan selain itu juga dapat menjadi penghasiln ekonomis dari pemanfatan limbah kulit tersebut karena dapat menambah pendapatan untuk pengrajin.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Limbah Kulit Mahoni
Menurut Anonim (1989) menyatakan bahwa, kayu mahoni merupakan salah satu jenis kayu khas daerah tropis. Maksudnya, kayu ini berasal dan hanya ada di daerah-daerah yang memiliki iklim tropis contohnya adalah Indonesia. Di Indonesia, kayu mahoni sangat populer khususnya untuk banyak daerah di pulau Jawa, di sana, kayu ini dikenal sebagai jenis kayu yang bernilai komersial tinggi sehingga banyak orang yang membudidayakan dan diperjual belikan pada pasar komoditas domestik. Di pulau Jawa ini juga, persediaan untuk kayu mahoni tidak perlu dikhawatirkan, sebab jumlahnya masih sangat banyak, mulai dari yang masih berupa pohon maupun yang sudah berupa kayu yang sudah dipotong atau diproses.
Mahoni adalah tumbuhan berbatang keras yang berkulit dan tebal berwarna hitam kecoklatan. Mahoni adalah pohon peneduh dan pelindung di tepi jalan atau pekarangan. Mahoni memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, dari mula sebagai bahan bangunan sampai dengan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapaai 35-40 meter dan berdiameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tir dan berdiameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklst kehitaman, berlur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadii coklat tu, beralur dan mengelupas setlah tua.
Adapun ciri-ciri dari kayu mahoni.
Yang paling mendasar dari ciri-ciri kayu mahoni adalah sebagai berikut:
1. Warna
Bagian teras atau tengah kayu mahoni kebanyakan berwarna merah muda (bisa dibilang terlihat pucat), tetapi ada juga kayu mahoni yang berwarna merah tua mirip sekali dengan warna hati. Ini terdapat pada kayu mahoni yang benar-benar berumur tua, mungkin pohonya tumbuh lebih dari 25 tahun. Sedangkan untuk gubalnya atau bagian tepi kayu selalu berwarna putih.
2. Serat
kayu mahoni memiliki serat lurus dan terpadu.
3. Tekstur
Kayu mahoni memiliki tekstur halus dan berpori-pori kecil.
Sebagian masyarakat mengolah kulit kayu mahoni hanya dengan merebus kulit kayunya untuk mendapatkan warna merah kecoklatan untuk pewarna tekstil. Hal ini tidak praktis dalam pengolahan dan penyimpanan zat warna yang terkandung dalam kulit kayu mahoni, sehingga perlu dilakukan pengolahan hasil zat warna dari kulit kayu mahoni menjadi bentuk serbuk. Kandungan kimia kulit kayu mahoni adalah triterpenoid, limonoid, flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid dan tanin. Adapun kandungan kulit kayu mahoni yang dimanfaatkan untuk zat warna yaitu tanin dan flavonoid. Pengambilan zat warna alami dari kulit kayu mahoni diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch.
Dibawah ini terdapat pendapat yang menyatakan bahwa warna sintetis membahayakan kesehatan manusia. Wardah dan Setyowati menuliskan: Didirikannya Yayasan Lembaga Konsumen telah menimbulkan kesadaran pada masyarakat akan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa mereka dibalik keindahan kemasan dan warna-warna pada konsumsi makanan. Makin disadarinya kepentingan peranan gizi dalam mencegah dan menanggulangi penyakit kanker harus dijadikan pelajaran penting. Timbulnya kasus-kasus seperti ini sebenarnya dapat dijadikan tuah pengungkit untuk membangkitkan kembali peranan zat pewarna alami.(Wardah dan Setyowati, 1999: 15).
Kulit mahoni juga bermanfaat sebagai obat. Kulit mahoni dengan fungsinya untuk menurunkan kadar diabetes komersial dengan serbuk kulit mahoni. Dari pengujian diketahui pula kulit mahoni mampu menjadi penghambat melakukan penelitian dengan melibatkan mencit.
B. Paint Of Mahoni
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia atau daerah tampak spektrum dari radiasi elektromagnetik berkisar antara 380-780 nanometer. Radiasi yang tersebar secara merata akan tampak sebagai cahaya putih dan yang akan terurai dalam warna – warna spektrum bias dengan adanya penyaringan oleh prisma atau kisi – kisi pelontaran (difraction grating) yang dipersepsikan sebagai sinar cosmik/foton (lembayung, indigo, biru, hijau, kuning, jingga, merah).
Pada tahun 1876 Witt menyatakan bahwa molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh, kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat. Secara lebih luas zat warna tersusun dari hidrokarbon tak jenuh, Chromogen, Auxocrome dan zat aditif (migration, levelling, wetting agent, dsb).
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pewarna dari limbah kulit mahoni mempunyai hasil warna yang bagus. Disamping dari warna alami, kualitas pewarna dari mahoni ini sanat bagus. Warna yang dihasilakn dari kulit ini sangat mengkilap dan tahan lama. Dibangdingkan dengan pewarna dari bahan sintertis yang memerlukan cat dasar terlebih dahulu. Sedangkan pewarna dari kulit mahoni ini tidak memerlukan cat bahan dasar untuk pengecatan. Pewarna dari limbah kulit mahoni ini tahan lama dan dapat dijamin kulaitasnya.
C. Meubel Jepara
Meubel Jepara sangat beragam jenisya. Mulai dari yang meubel yang perumahan biasa ada juga yang sudah gudang-gudang meubel besar dan sudah bertaraf internasional.
Di Jepara sangat banyak sekali perumahan meubel yang mengguankan bahan pewarna pada hasil kerjainan meubel mereka untuk mempercantik hasil kerajanan tersebut. Tak jarang ada yang menggunakan pewarna dari bahan alami ada juga yang menggunnakan pewarna dari bahan sintetis.
Kebanyakan dari pabrik-abrik tersebut rata-rata menggunaka cat pewarna dari bahan sintetis. Tetapi banyak juga yang perumahan meubel yang menggunkan pewarna alami dari bahan alami, termasuk dari limbah kulit mahoni. Limbah dari kulit mahoni ini dapat dimanfaaatkan sebagai pewarna dominan sebgai bahan dasar ataupun bahan yang menjadi pewarna dari barang tesebut.
Pengrajin pembuat meubel di Jepara sangat selektif dalam menentukan pewarna apa yang di gunakan untuk hasil kerjinan mereka agar terlihat indah dan menarik serta memikat si penglihat yan melihatnya.
Meubel di Jepara mempunyai kualitas bagus yang tidak kalah dengan kulaitas dari barang impor. Meubel Jepara menggunakaan limbah kulit mahoni karena kulit mahoni mempunyai hasil warna coklat kehitaman yang indah serta disamping bahan alami juga limbah kulit mahoni ini mempunyai nilai tingkat pewarnaan yang tinggi. Warna yang alami membut para pengrajin meubel jepara yang mengunakan warna dari limbah kulit mahoni untuk di manfaatkan sebagai pewarna alami.
Disamping menghrmat pengeluaran juga kita malahan diuntungkan dengan penggunaan dari penggunaan dari kulit mahoni tersebut. Kita dapat mendaspat nilai ekonomis dari pemanfaatan limbah kulit mahoni karena kita memproduksinya sendiri dan limbah kulit mahoninya kita juga tidak usah membeli mahal karena para pengrajin di Jepara kebanyakan menggunakan kayu mahoni unutk membuat kerjainan. Jadi disamping ekonomi dasn menghemat pengeluaran kita juga di untungkan akan hal kehematan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemanfaatan Limbah Kulit Mahoni Sebagai Pewarna Alami
Pewana alam dari kulit mahoni dibedakan menjadi dua, yaitu zat warna sintetis dan zat warna alami. Zat warna sintetis sangat praktis digunakan serta dapat menimbulkan warna yang mencolok pada produk yang diwarnai. Hal ini membuat zat warna sintetis sering digunakan dalam industri makanan dan minumn, farmasi serta tekstil.
Namun limbah buangan atau residu dari zat warna sintetis dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah secara optimal. Maka dari itu zat warna alami mulai diperhitugkan kembali untuk digunakan. Salah satu bahan yang digunakan sebagai zat warna alami adalah kulit kayu mahoni.
Sebagian masyarakat mengolah kulit mahoni hanya dengan merebus kulit kayu mahoni untuk mendapatkan warna merah kecoklatan untuk pewarna tekstil. Kandungan kimia kulit mahoni adalah triterpenoid, limonoid, flafoid, aponin, terpenoid, alkaloid, dan tanin.
Adapun kandungan kayu mahoni yang dimanfaatkan untuk zat warna yaitu tanin dan flafonoid. Pengambilan warna alami dari kayu mahoni diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch.
Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan bahan baku dan pelarut 1:10, 1:7, dan 1:5. Bahan baku yang digunakan adalah kulit kayu mahoni, jambal, dan tingi. Hasil ekstrak terbaik diperoleh dengan perbandingan 1:5 untuk semua bahan baku. Pembuatan serbuk dilakukan dengan memasukkan larutan ekstrak ke dalam spray dryer, sehingga diperoleh serbuk zat warna alami.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat pewarna alami ini daapt ditemukan disekitar kita. Cara pembuatnyapun cukup sederhana, kita hanya perlu mencuci material yang akan dipergunkan, lalu dipoong kecil-keci dan direbus minimal 12 jam. Semakin laam kita merebusnya emakin bagus hasil pewarnaanya.
Kayu mahoni yang mengandung tanin yang berfungsi sebagai penyamak kulit sekaligus Sebagai pewarna tanin sebagai zat warna ini akan menimbulkan warna cokelat atau kecokelatan.
Proses pengambilan zat warna dari serbuk kayu mahoni (serbuk hasil gergajian dan hasil planner/pasah mesin) dilakukan secara ekstraksi reflukdengan aquades sebagai pelarut (ekstraktan) menggunakan alat Rotavapor.Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap proses yang berkesinambungan, yaitu proses ekstraksi, proses pemekatan, dan proses pembuatan serbuk.
B. Cara Pembuatan Pewarna Alami dari Kulit Mahoni
1. Proses Bejana
Proses Bejana yaitu dengan merebus bahan yang akan dijadikan zat pewarna alami. Dalam pembuatan larutan warna perlu disesuaikan dengan berat bahan yang akan diproses sehingga julah lrutan zat warna alam yang dihasilkan cukup untuk mengecat.
Banyaknya warna alam yang dibutuhkan tergantung pada jumlah barang yang akan diwarnai. Perbandingan yang biasanya digunakan adalah 1:30.
Resep membust warrnanya yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Timbang bahan warna alam atau disini yaitu kulit mahoni.
2. Tiap 1 kg bahan warna alam direbus dengan 10 lier air.
3. Rebus dengan api panas hingga rebusan tadi menjadi setengahnya.
4. Setelah rebusan menjadi setengah, biarkan larutan warna menjadi dingin, kemudian setelah dingin disaring lalu digunaaan untuk pewarna kerajinan meubel yang akan diwarnai.
2. Proses Ekstraksi
a. Ambil bagian dari kulit mahoni. Endam didalam air dingin minimal 5 jam. Kemudian di potong-potong menjadi kecil-kecil.
b. Rebus didalam air mendidih selaam kurang lebih satu sampai dua jam. Kemudian perbandingan bahan kulit mahoni dengan dan air adalah 1:10,3.
c. Rebus kulit kayu mahoni hingga air menjadi setengahnya atau seperempat bagian. Kemudian air rebusan kulit mahoni di saring sebayak empat kali lalu dinginkan. Setelah itu air rebusan kulit ahoni tadi siap digunakan.
3. Proses Mordanting
Tahap selanjutnya adalah proses mordanting pada serat yang akan dicelup. Serat yang akan dicelup oleh warna sebaiknya direbus terlebih dahulu dalam larutan tawas selama satu jam. Kemudian dibiarkan dingin dan biarkan serat terendam semalaman dalam larutan. Setelah itu, dikeringkan kemudian dicelupkan pada larutan hasil ekstrak.
4. Proses Fiksasi
Dalam larutan tunjung (ferosulfat) atau tawas atau kapur tohor ataupun senyawa yang mengandung unsur logam. Untuk membuat larutan fiksasi. Misalnya larutan tawas, kapur tohor ataupun tunjung dibuat dengan melarutkan 70 gram bahan dalam 1 liter air (resep ini bisa divariasikan), setelah mengendap diambil larutan beningnya kemudian baru digunakan untuk proses pemfiksasian. Masing-masing larutan fixer ini akan membangkitkan warna dengan arah warna yang berbeda-beda. Tawas cenderung lebih muda, kemudian kapur tohor agak tua, dan tunjung cenderung kearah gelap. beberapa eksperimen yang telah dilakukan bahan dari daun cenderung mengarah ke kuning ( fiksasi tawas), kuning kecoklatan/kehijauan (fiksasi kapur tohor) dan hijau gelap (fiksasi tunjung).
5. Ekstraksi secara batch
Pengambilan zat warna alami dari kulit kayu mahoni diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch. Sebelumnya dilakukan percobaan pendahuluan untuk menentukan kondisi operasi meliputi volume pelarut dan waktu ekstraksi. Kondisi optimum yang diperoleh dari percobaan adalah 25 gram kulit kayu mahoni diekstrak dengan 450 ml ethanol 96%, diaduk dengan kecepatan 400 rpm, pada suhu 70oC selama waktu 1 jam. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah 4,602 gram bubuk zat warna kulit kayu mahoni. Pada pembuatan zat warna, kondisi yang digunakan yaitu, ratio berat bahan dengan volume pelarut 1:18 gram per mL, suhu ekstraksi 70oC, waktu ekstraksi 1 jam dan kecepatan pengadukan 400 rpm. Hasil zat warna yang diperoleh sebesar 60,5 gram atau rendemennya 18,4%. Pengujian zat warna yang dihasilkan melalui uji tahan luntur warna terhadap pencucian dan uji tahan luntur warna terhadap gosokan. Dari uji tersebut diperoleh bahwa pewarnaan kain cukup baik dengan menggunakan larutan fiksasi yaitu larutan kapur.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pewarnaan menggunakan bahan yang alami sekarang ini jarang dijumpai. Orang sekarang lebih menggantungkan pada yang serba instan sehingga mereka melupakan yang berbau alami seperti pewarna alami datri kulit mahoni. Jadi sekarang di ingatan lagi kepada seluruh masyarakat bahwa hasil dari pewarna yang alami hasilnya tidak jauh kalah dari pewana sintetis. Malah lebih bagus hasil dari pewwarna alami. Disamaping hasilnya yang tidak mudah luntur tetapi juga bisa menghemat biaya.
B. Saran
Diharapkan bagi pengrajin meubel di Jepara selalu menggunkan pewarna dari bahan alami yaitu disini misalnya limbah kulit mahoni. Pengrajin selalu mengembangkna inofasi tentang pengtahuan pewarna alami yang dapat dimanfaaatkan sebagi pewana untuk hasil kerajinan meubel mereka. Disamping menghemat biaya juga dapat mengurangi limabh yang tidak terpakai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Proses Ekstraksi dan Puderasi Bahan Pewarna Alami. Yogyakarta: Dekranas.
Batik Tulis Canting 100. 2010. Proses Ektrak Pewarna alami dari kulit. (diakses pada tanggal 12 Desember 2014, pukul 15.15 WIB, dalam situs http://batiktuliscanting100.blogspot.com/2010/08/proses-ekstrak-pewwarna-alami-dari-kulit.html
Wildadiny, Cikita. 2012. Pohon Mahoni. (diakses pada tanggal 14 Desember 2014, pukul 14.00 WIB, dalam situs http://syahandrianeda.blogspot.com/2012/08/pohon-mahoni.html
Hargodumilah. 2011. Batik Pewarna Alami Kayu Mahoni. (diakses pada tanggal 22 Desember 2014, pukul 20.59 WIB, dalam situs http://hargodumilahbatikBlogspot.com/2011/06/batik-pewarna-alami-kayu-mahoni.html
Iqmal. 2010. Potensi Tersembunyi Pohon Mahoni. (diakses pada tanggal 17 Desember 2014, pukul 20.00 WIB, dalam situs http://iqmal.staff.ugm.ac.id/index:php/2010/05/20/potensi-tersembunyi-pohon-mahoni/
Wardah dan fm setyowati. 2011. Batik pewarna alami kayu mahoni. (diakses pada tanggal 22 Desember 2014, pukul 20.59 WIB, dalam situs http://hargodumilahbatik.blogsppot.com/2011/06batik-pewarna-alami-kayu-mahoni.hml